Pada bulan November
2000, sebuah organisasi non-pemerintah mengadakan acara penyuluhan terkait
HIV/AIDS untuk
komunitas gay dan transgender di Wisma Astorenggo.
Menjelang tengah malam, sekelompok organisasi radikal dari luar Kaliurang
menyerang acara tersebut, membuat lebih dari 200 orang yang menghadiri acara itu trauma dan merusak fasilitas bangunan. Kekerasan yang
disebabkan oleh kebencian ini belum terselesaikan secara hukum sampai hari ini
dan hotel itu tak lama berubah menjadi reruntuhan— sebuah monumen konflik horizontal antar
organisasi. Di lokasi ini, Maryanto
membuat panggilan terbuka, meminta masyarakat Kaliurang untuk mengirimkan informasi
komunitas/ kolektif/ organisasi lokal mereka lalu membuatnya menjadi bendera
komunitas. Dari pengumpulan itu, dia menerima
sekitar 70 nama komunitas dari tahun 30-an hingga saat
ini; mulai dari kelompok olah raga hingga budaya, penggemar,
band musik, dan kelompok usaha. Bendera-bendera
tersebut dipajang di sekitar reruntuhan, mencoba memulihkan memori atas situs tersebut dan
menggambarkan Kaliurang sebagai satu komunitas besar
yang terdiri dari kolase atas komunitas-komunitas kecil, sebagai pesan toleransi dan kebersamaan. Judul karya ini
berasal dari komunitas tertua yang pernah ada: IRIT (Iyo Rukun,
Iyo Tresno) yang aktif di tahun 40-an/ 50-an sebagai
tempat bagi orang-orang muda di Kaliurang untuk mengekspresikan diri mereka
secara kreatif, damai, dan harmonis.
_____
In November 2000, a non-governmental organization held an
event against HIV/AIDS for gay and transgender community in Wisma Astorenggo.
By midnight, a group of radical organization from outside Kaliurang attacked
the event, leaving more than 200 people attending the event traumatized and the
hotel facility broken. The hate-induced violence has never been legally solved
until today and the hotel soon turn into a ruin—a monument of repression and
horizontal clash between organizations. For this site, Maryanto create an open
call, asking the people of Kaliurang to submit their local community/
collective/ organization info before turning the submission into community
flag. From the submission, he received around 70 communities from the 30s to
the present day; ranging from sport to cultural group, hobbyist, music band,
and cooperation. The flags are being displayed around the ruin, recuperating
the memory of the site using a collage of Kaliurang as one big community
consisting of several smaller communities, sending messages of tolerance and
togetherness. The title of the work was taken from the name of the oldest
community recorded: IRIT (Iyo Rukun, Iyo Tresno) that was active in the 40s/50s
as a place for younger people in Kaliurang to express themselves creatively,
peacefully, and harmoniously.
Site #03: Ruins of Wisma Astorenggo
Jl.Astorenggo – Kaliurang