Setelah melakukan
perjalanan mengelilingi separuh dunia dan menemukan kemiripan luar biasa antara
Kaliurang dan lingkungan taman di Belanda sekitar akhir abad
kesembilan belas, Paoletta Holst
melihat ke dalam sejarah kolonial yang membawanya ke tempat ini dan menyelidiki
bagaimana rumah-rumah kolonial di Kaliurang berubah sepanjang waktu. Dia bekerja
dengan kolaborator lokal, Brigita Murti, untuk menemukan sejarah bungalow dan sejarah Kaliurang itu sendiri. Berbeda dengan pendekatan
akademik terhadap sejarah di mana literatur, dokumen, arsip, dll. adalah sumber utama;
sejarah desa yang kaya dan visual ini hidup melalui penceritaan yang menemukan sumbernya di sekitar mereka. Hal ini begitu nyata dan merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari. Kadang sejarah ini ada dalam bentuk ingatan pribadi warga lokal, di waktu lain mereka menampakkan diri kepada individu
dalam bentuk 'entitas' (hantu) yang menghuni rumah-rumah, dan tempat-tempat
lain. Cerita dan penampakan semacam ini tidak dapat ditelusuri
kembali ke dokumen atau arsip, atau 'bukti' apapun. Narasi itu terbawa dalam memori
penduduk setempat, transmisi pengetahuan diaktifkan melalui sejarah lisan, dan
diskusi tentang kelas hadir dengan sendirinya dalam denah lantai rumah serta
perencanaan desa.
_____
Having traveled half the world away only to find uncanny
recognition between Kaliurang and random late nineteenth-century garden
neighborhood in the Netherlands, Paoletta Holst look into the colonial history
that brought her here and investigate how the colonial houses in Kaliurang have
been appropriated through time. She worked with local collaborator, Brigita
Murti, to find the histories of the bungalows and the village itself. In
contrast with the academic approach towards history of which literature,
documents, archives, etc. are the main sources; the rich and visual histories
of the village only tangible through storytelling that finds its source all
around. It is very alive and part of daily life. Sometime they exist in the
form of personal and local memories or they present themselves to individuals
in the form of ‘entities’ (ghosts) that inhabit the houses, and other places.
These kind of stories and appearances cannot be traced back to a document or
archive, or any kind of ‘proof.’ The narrative carried in the memory of the
locals, knowledge transmission activated through oral history, and discussion
about class present itself in the floorplan of the house as well as the urban
planning of the village.
Site #08: Wisma B.I.P.
Jl.Siaga- Kaliurang(link of photos to Paoletta Holst's work)